Kurang
lebih 10%-15% dari pasangan usia subur mengalami masalah infertilitas ini,
dimana penyebabnya bisa dari pihak laki-laki, wanita atau dari kedua-duanya,
ataupun dari sebab yang tidak diketahui (unexplained). Dari beberapa
penelusuran, ada beberapa alasan mengapa banyak pasangan yang memilih program
bayi tabung, yaitu :
a. Masalah
saluran telur. Saluran telur tidak berfungsi dengan baik, atau tidak
memungkinkan terjadinya pertemuan antara sel telur dengan sperma, sehingga
pembuahan tidak terjadi. Walaupun pembuahan bisa terjadi, kemungkinan embrio
tidak masuk ke rongga rahim, sehingga terjadi kehamilan di luar kandungan.
b. Masalah
sperma.
-
Jumlah sperma sangat sedikit (<10 juta/cc).
-
Sebagian besar sperma tidak bergerak (30%)
-
Gerakan sperma sangat lambat (Astenozoospermia).
-
Sperma tidak keluar bersama air mani (Azoospermia).
c. Endometriosis berat.
Kondisi
dimana kelenjar dinding rahim tumbuh abnormal. Pada endometriosis berat, kecil
kemungkinan bisa terjadi kehamilan alami.
d. Unexplained
infertility (ketidaksuburan yang tak diketahui penyebabnya).
Pembuahan normal sebenarnya bisa
dilakukan, tapi tidak kunjung berhasil karena tidak bisa diketahui apakah
sperma dapat bertemu dengan sel telur, atau sperma dapat menembus sel telur
untuk melakukan pembuahan.
e.
Antibodi Antisperma
Adanya
antibodi terhadap sperma suami pada istri, atau adanya antibodi pada sperma itu
sendiri (sperma seperti memakai “helm”, sehingga tidak bisa menembus sel
telur), sehingga menghambat terjadinya
pembuahan.
-
In Vitro Fertilisasi
(IVF) merupakan suatu teknik reproduksi berbantu atau tehnik
rekayasa reproduksi dengan mempertemukan sel telur (oosit) matang dari istri
dengan spermatozoa dari suami di luar tubuh manusia agar terjadi fertilisasi.
|
-
Intra
Cytoplasmic Sperm Injection (ICSI) merupakan suatu teknik reproduksi berbantu
atau teknik rekayasa reproduksi dengan cara menyuntikkan satu spermatozoa
langsung ke dalam sitoplasma oosit agar dapat terjadi fertilisasi.
Pada
sel sperma dan sel telur yang terbukti sehat, akan sangat mudah bagi dokter
untuk menyatukan keduanya dalam sebuah piring lab. Namun bila sperma tidak
sehat sehingga tidak dapat berenang untuk membuahi sel telur, maka akan
dilakukan ICSI.
a. Prosedur program Bayi Tabung
Untuk
pasangan suami istri yang telah memutuskan untuk mengikuti program bayi tabung,
diwajibkan untuk menandatangani formulir Informed Consent dan menyelesaikan
administrasi sebelum dimulainya program. Sebaiknya hal ini dilakukan satu
minggu sebelum perkiraan siklus menstruasi berikutnya, sehingga calon pasien
diharapkan benar-benar yakin untuk melakukan program bayi tabung. Pada saat ini
calon pasien diharapkan juga telah mengerti mengenai tahap-tahap apa saja yang
akan dilakukan setelah mendapatkan penjelasan dari konselor sebelumnya,
termasuk cara melakukan terapi suntik dan obat-obatan apa saja yang akan
digunakan.
Selanjutnya
para calon pasien dipersilahkan untuk menghubungi konselor Teratai pada saat
hari pertama haid. Akan sangat membantu jika pasien dapat menyiapkan kalender
menstruasi selama 6 bulan terakhir.
b. Tahapan
Program
bayi tabung sendiri akan dilakukan dalam 3 tahap sebagai berikut :
1. Tahap Pre-OPU
Pada
tahap ini akan dilakukan Terapi Down Regulation dan Terapi Stimulasi. Down Regulation
adalah suatu fase dimana rangsangan otak terhadap ovarium dihentikan dengan
penggunaan obat tertentu. Pada fase ini kita ingin menciptakan seperti keadaan
menopause dengan tujuan untuk mempersiapkan indung telur menerima terapi
stimulasi. Pemeriksaan di tahap pertama ini yaitu pada siklus hari ke 2-5,
diawali dengan pemeriksaan hormon LH, FSH, Prolaktin dan Estradiol. Terapi ini
berlangsung lebih kurang antara 2 minggu hingga 1 bulan. Alternatif lain yang
dapat dilakukan juga untuk istri yang siklus menstruasinya tidak teratur
dilakukan Pill Cross Over , sehingga memudahkan pemberian terapi injeksi
Buserelin Acetate.
Terapi
injeksi Buserellin Acetate dengan dosis 0.5 mg tiap kali suntik. Cara
penyuntikan dilakukan secara sub kutan, yaitu tehnik suntik dengan menggunakan
syringe pendek dan disuntikkan tegak lurus kira-kira 2 cm dibawah pusar.
Pada
tahapan ini ada beberapa hal yang mungkin dirasakan oleh pasien, seperti halnya
keadaan menopause, yaitu perasaah gerah/kepanasan, sakit kepala ataupun perubahan
mood. Kadang-kadang juga ditemukan buah dada seperti mengalami pembengkakan.
Gejala-gejala ini akan hilang dengan sendirinya pada saat pasien masuk ke tahap
berikutnya. Pasien juga ada kemungkinan untuk tidak mengalami menstruasi pada
tahap ini.
Kemudian
dilakukan pemeriksaan kembali hormon-hormon tersebut diatas atau dilakukan
pemeriksaan USG untuk memastikan apakah pasien dapat masuk ke dalam fase
berikutnya yaitu terapi stimulasi.
Terapi
Stimulasi dilakukan untuk merangsang pertumbuhan folikel pada indung telur
sehingga jumlahnya bertambah banyak dan meningkatkan kemungkinan memperoleh sel
telur matang pada saat operasi petik ovum dilakukan.
Terapi
ini dapat dimulai jika sudah dilakukan pemeriksaan USG oleh dokter ahli dan
dari hasilnya terlihat tidak ada folikel yang berkembang di dalam rahim pasien.
Selanjutnya dokter ahli akan menentukan berapa besar dosis yang akan diberikan
untuk tiap pasien berdasarkan kondisi dan usia yang dialami oleh pasien.
Sama
halnya dengan penyuntikan pada terapi down regulation, injeksi stimulasi ini
juga dilakukan secara sub kutan dan pada waktu yang sama setiap harinya. Injeksi
ini dilakukan minimal 8 kali hingga 14 kali dengan menyuntikkan obat FSH
Recombinant/Gonadotrophin dan dosisnya tergantung dengan kondisi pasien.
Kontrol dengan USG dilakukan setelah suntikan stimulasi ke 6 untuk melihat
pertumbuhan folikel. Kontrol berikutnya dilakukan pada hari ke 8 untuk melihat
apakah sudah terdapat folikel yang matang Jika belum terdapat maka suntikan
akan diteruskan hingga minimal ada 3 folikel matang dengan diameter rata-rata
18 mm dan siap untuk di petik melalui operasi petik ovum.
2. Tahap Operasi Petik Ovum (Ovum Pick Up)
Penjadwalan
untuk Operasi Petik Ovum dapat dilakukan jika sudah terdapat 3 atau lebih
folikel dengan diameter 18 mm. Kadar E2 juga terus dipantau dan harus mencapai
200pg/ml/folikel matang.
Sebelum
dilakukan Operasi Petik Ovum tepatnya 36 jam sebelumnya dilakukan penyuntikkan
hCG dengan dosis 5000 IU atau 10,000 IU, besar dosisnya ditentukan oleh dokter
ahli.
Pada
saat bersamaan berlangsungnya OPU, suami juga harus melalui proses pengeluaran
sperma yang dilakukan melalui proses mansturbasi di ruangan yang telah siapkan.
Pada proses ini tidak diperbolehkan menggunakan pelicin (lubricant) contohnya
sabun/baby oil dan lainnya karena dapat menghambat proses
fertilisasi/pembuahan.
Sel
telur yang sudah terseleksi akan dipertemukan dengan sel sperma yang sudah
melalui proses pencucian ( washing) sehingga hanya sel sperma yang sudah
terseleksi saja yang akan kita gunakan untuk menghasilkan embryo yang
berkualitas baik. Selanjutnya kita dapat masuk ke tahap selanjutnya yaitu
proses tandur alih embryo (embryo transfer).
3. Tahap Post OPU
Tahap
yang terakhir dalam program bayi tabung adalah Tandur Alih Embryo (Embryo
Transfer) yang kemudian dilanjutkan dengan Terapi Obat Penunjang Kehamilan.
Tandur
Alih Embryo adalah proses memasukan 2 atau maksimum 3 embryo yang sudah
diseleksi ke dalam rahim dengan cara menyemprotkannya secara perlahan ke dalam
rahim melalui leher rahim dengan menggunakan alat bantu kateter dan USG. Jumlah
embryo yang di tandur alihkan akan ditentukan oleh dokter ahli kami. Sebagai
acuan pada pasien berusia sama atau ≤ 30 tahun maka biasanya jumlah embrio yang
ditandur alihkan adalah 2. Jika usia lebih dari 30 tahun maka jumlah embrio
yang dtandur alih adalah 3. Sisa embryo yang sudah terseleksi dengan baik dapat
dibekukan dan dipergunakan untuk kehamilan berikutnya berdasarkan persetujuan
pasien.
Tandur
Alih Embryo dilakukan pada hari ke 2 atau hari ke 3 setelah operasi petik ovum
dilakukan. Proses ini merupakan proses yang sederhana sehingga tidak ada
persiapan khusus yang harus dilakukan pasien seperti halnya operasi petik ovum,
karena pada tandur alih embryo ini pasien tidak perlu melalui proses anastesi.
Seperti halnya papsmear, biasanya pasien tidak mengalami nyeri yang terlalu
berlebihan. Embryo yang siap untuk ditransfer akan diperlihatkan pada layar tv
oleh sebelum dilakukan transfer.
4. Tahap selanjutnya adalah Terapi Obat Penunjang
Setelah
proses tandur alih embryo berhasil dilakukan, pasien diberikan terapi obat
penunjang. Terapi ini bertujuan untuk mempersiapkan rahim menerima implantasi
dari embryo yang sudah ditanamkan sehingga embryo dapat berkembang dengan
normal.
Pada
tahap ini pasien diberikan suntikan hCG pada hari OPU+4 dan OPU+7. Dosis yang
biasanya diberikan 1500 IU atau 5000IU, tergantung dengan kondisi pasien.
Selain
pemberian HCG, pasien juga dapat diberikan progesterone secara oral selama 15
hari atau penggunaan vagina gel yang digunakan tiap malam sebelum tidur.
Dampak Bayi
Tabung
*
Pada program bayi
tabung proses pembuahan terjadi secara tidak alami. Artinya, proses pembuahan
dilakukan secara buatan. Metode pembuahan buatan ini tidak menutup kemungkinan
menimbulkan risiko, antara lain kelainan
pada ginjal, jantung, maupun organ tubuh lainnya.
*
Pendarahan
saat tahap pengambilan sel telur (Ovum Pick-Up).
*
Dampak negatif bayi
tabung lainnya antara lain: kehamilan di luar kandungan (kehamilan ektopik),
kemungkinan terjadinya sebesar 5%
*
ibu terserang infeksi,
rhumatoid arthritis (lupus), serta alergi; mengalami risiko keguguran sebesar
20%;
*
Terjadinya
Ovarian Hyperstimulation Syndrome (OHSS). OHSS merupakan komplikasi dari
perkembangan sel telur sehingga dihasilkan banyak folikel. Akibatnya,
terjadilah akumulasi cairan di perut. Cairan ini bisa sampai ke dalam rongga
dada. Karena keberadaan cairan tersebut bisa mengganggu fungsi tubuh maka harus
dikeluarkan. Hanya saja resiko
terjadinya OHSS relatif kecil, hanya sekitar 1% saja.
Terima kasih telah membaca artikel tentang Bayi Tabung dan anda bisa bookmark artikel Bayi Tabung ini dengan url http://rifkiofficial.blogspot.com/2014/03/bayi-tabung.html. Terima kasih
Post Comment
Belum ada komentar untuk "Bayi Tabung"
Post a Comment